Sosok Di Balik Kepopuleran Jalan H.R Rasuna Said Jakarta

rasunasaid*sumber gambar di sini.*

Bagi saya, sebagai newcomer di Jakarta sebuah jalan bernama H.R Rasuna Said sudah cukup familiar di telinga, apalagi bagi warga Jakarta jalan H.R Rasuna Said tentu sudah tidak asing lagi, bahkan saya pikir sebagian besar warga Jakarta menghabiskan waktu untuk beraktifitas di kasawan H.R Rasuna Said yang memang terletak di jantung ibukota.

Jalan H.R Rasuna Said adalah salah satu jalan utama Jakarta sekaligus pusat bisnis dan perekonomian ibukota yang biasa dikenal sebagai Financial District  (Poros Sudirman-Thamrin-Kuningan), begitu kata seseorang yang saya tanyai saat berada dalam TransJakarta. Jalan ini membentang menghubungkan  Menteng, Jakarta Pusat ,Tendean hingga Mampang Prapatan Jakarta Selatan. *semoga saya benar nyatatnya saat mendengar jawaban yang saya dapat*haha 😀

Sebelum saya berstatus newcomer, saya pernah beberapa kali berkunjung ke sebuah kantor yang bertempat di Menara Jamsostek kawasan Sudirman dan di saat bersamaan kawasan H.R Rasuna Said juga disebut-sebut. Ternyata memang saling berdekatan. Kawasan H.R Rasuna Said akan banyak dijumpai banyak perantoran dan kantor-kantor kedutaan besar, di antaranya Kedutaan Polandia, Kedutaan Turki, Kedutaan Belanda, Kedutaan India, Kedutaan Singapura, Kedutaan Swiss, Kedutaan Hungaria, dkk.

Lalu, siapakah sosok di balik nama besar H.R Rasuna Said?

Awalnya, saya tebak-tebak (tanpa) berhadiah bahwa sosok di balik nama besar H.R Rasuna Said adalah seorang laki-laki. Namun, tebakan saya salah. Di balik nama besar H.R Rasuna Said adalah seorang wanita tangguh dan pemberani. Hal yang cukup menakjubkan bagi publik saat beberapa poster beredar di lini masa Facebook yang membagikan informasi tentang sosok H.R Rasuna Said.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang kemudian dikenal dengan nama H.R Rasuna Said adalah sosok wanita pemberani, berwawasan luas dan bekemauan keras. Sosok wanita yang dilahirkan di Maninjau, Agam, Sumatra Barat ini juga disebut sebagai srikandi kemerdekaan karena perjuangannya yang gigih melawan penjajahan Belanda serta ketika kependudukan Jepang, H.R Rasuna Said ikut berpartisipasi aktif sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang. Meskipun pada akhirnya organisasi yang didirikannya dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.

Dalam kesempatan yang lain, H.R Rasuna Said juga menjadi anggota Persatuan Muslim Indonesia. Di sisi lain, karena sikap tegas dan berpikir kritis itulah H.R Rasuna Said ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Belanda sekaligus menjadi sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict yang dianggap menentang pemerintah Belanda.

Sebagai srikandi kemerdekaan, H.R Rasuna Said juga memiliki prestasi di dalam karir politinya di DPR RIS dan kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak tahun 1959 hingga meninggal. Sosok kelahiran September 1910 ini juga memiliki amanah sebagai Sekretaris Cabang Sarekat Rakyat, Anggota Dewan Pertimbangan Agung, dan Dewan Perwakilan Sumatera. Atas segala usaha yang beliau upayakan akhirnya sosok H.R Rasuna Said mendapat gelar pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.

Jadi, itulah sosok di balik nama besar Jalan H.R Rasuna Said. Sosok pemberani dan berwawasan luas yang akhirnya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di jantung ibukota kota. Sebuah nama jalan yang menurut saya memiliki nilai filosofis dan menyimpan harapan yang tinggi agar pemuda-pemudi generasi sekarang maupun mendatang mampu meneladani semangat juang meski di zaman yang berbeda dan dengan cara yang beragam pula. Tidak kalah penting, kita seharusnya sebagai generasi masa depan setidaknya menyisihkan ruang untuk mengingat pahlawan-pahlawan kita bukan untuk terjebak nostalgia kemenangan di masa lalu, tetapi juga untuk tidak mudah putus asa berjuang demi mimpi dan cita-cita.

Sumber Bacaan:
*http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1934-orator-srikandi-kemerdekaan
*http://profil.merdeka.com/indonesia/r/rasuna-said/
*https://id.wikipedia.org/wiki/Rasuna_Said
*http://jualtasrajut.com/blog/biografi-singkat-hr-rasuna-said/
*http://www.kusuka.com/2015/11/11/sejarah-rasuna-said/

Catatan Penting (banget): Bertanya sana-sini saat berada di KRL maupun TJ “Mbak, udah lama di Jakarta? Asli Jakarta?”, jika suatu saat bertemu dengan Mbak-Mbak yang bertanya seperti itu, mungkin itu adalah saya…hahaha 😀

 

BloggerCrony Meets Up: ‘Branding You and Your Blog’ Bersama Dya Loretta & Forum Liputan6 SCTV

Pertama-tama, saya ingin mengheningkan cipta terlebih dahulu untuk sejenak bersyukur atas kesempatan yang saya terima melalui Blogger Crony Community. Kedua, mau sungkem dulu ke Mbak Wawa biar jadi anak yang berbakti *hehe* dan mengucap salam pada Mas Satto Raji karena ‘melirik’ saya hingga saya bisa punya kesempatan ‘main’ ke SCTV Tower.

DSC_0001 (1)*Dokumentasi Pribadi*

Di penghujung minggu kedua di bulan April ini, saya mendapat kesempatan untuk belajar tentang personal branding khususnya blog dengan judul ‘Branding You and Your Blog’ bersama Dya Loretta –Dosen Komunikasi dan Marketing Communication Expert di 5 universitas- & Forum Liputan6. Workshop hari ini adalah salah satu agenda program Capacity Building BloggerCrony untuk D’Cronys menambah softskill. 

DSC_0003*Dokumentasi Pribadi*

Blogger meets up dalam workshop ‘Branding You and Your Blog’ diselenggarakan di News Meeting Room lantai 14 SCTV Tower Senayan City. It was a great chance to me, betapa tidak, kapan lagi bisa masuk kantor SCTV dengan keamanan yang super oke *hahaha*. Acara di buka dari Forum Liputan6 SCTV tentang beberapa program Forum Liputan6 termasuk menjelaskan tema lomba Liputan6 tentang Kartini (Kekinian) serta sambutan hangat untuk para peserta.

DSC_0013*Dokumentasi Pribadi*

Sesi selanjutnya materi personal branding disampaikan oleh Mbak Dya Loretta yang diawali dengan sebuah kisah inspiratif seorang gadis cilik yang akrab disapa Icha, dia adalah salah satu gadis cilik yang sukses membangun personal branding di usia 7 tahun, usia yang masih sangat muda. Mbak Dya Loretta menurut saya sangatlah bagus menyampaikan setiap poin materi sehingga saya khususnya sebagai salah satu peserta mampu menyerap dengan baik sambil flashback kejadian atau peristiwa yang pernah saya lalui, lihat, ataupun saya dengar yang memiliki kemiripan atau sama persis dengan apa yang disampaikan MbaDya Loretta.

DSC_0011*Dokumentasi Pribadi*

Suksesnya membangun personal branding akan sangat berpengaruh kepada blog yang sudah kita bangun. Ketika kita semakin memahami konsep diri kita maka akan semakin puas dan merasa nyaman dengan diri kita di mana kita akan menemukan ciri khas dari diri kita yang akan jadi kekuatan kita dalam rangka self promotion jika kita sebagai blogger maupun sebagai entrepreneur. Ada beberapa elemen personal brand identity yaitu, attribute, personality, value and benefit, uniqueness, outlook, dan consistence. Personal Branding berangkat dari soul (jiwa) yang ada dalam diri.

DSC_0014*Dokumentasi Pribadi*

Setelah kita mampu mengenali siapa diri kita dan mampu membangun sebuah personal branding, maka tahap selanjutnya adalah menentukan elemen media sebagai media komunikasi yang akan mendukung kita. Mbak Dya Loretta membaginya dalam 5 hal yaitu, lingkungan, makna, simbol, proses, dan sosial.

DSC_0009*Dokumentasi Pribadi*

Sekarang ini, saya benar-benar mengakui bahwa dunia media digital sangatlah mengalami kemajuan bahkan hampir-hampir tak terbentung. Kemajuan itulah yang seharusnya kita mampu menangkap peluang untuk dimanfaatkan sebagai media online kita memperkenalkan diri kita. Beberapa media digital yang familiar telah kita kenal, seperti Facebook, Twitter, Periscope, Linkedin, Instagram, blog dengan berbagai platform, dan kawan-kawannya. Semua media online itu bisa kita jadikan sebagai media promosi yang menampilkan image tentang diri kita.

DSC_0012*Dokumentasi Pribadi*

DSC_0016*Dokumentasi Pribadi*

Lalu, apa tahap selanjutnya? Tahap selanjutnya adalah memahami dan menentukan target pembaca. Misalnya, beauty blogger memberikan tips make up dan review produk kecantikan dengan target pembaca usia 18-25, make up untuk ke kantor, make up untuk hang out, dan seterusnya.

Setelah semua dilakukan, hal yang paling terakhir adalah harus konsistensi dan fokus. Fokus meningkatkan branding yang sudah dibangun di media sosial yang kita gunakan serta konsisten mengunggah tulisan kita sebagai komitmen dari sebuah konsistensi.

DSC_0019*Dokumentasi Pribadi*

Daaaan, you can say proudly, “Yes, it’s me!”

DSC_0017*Dokumentasi Pribadi*

Nah, tibalah saatnya saya cuap-cuap tentang workshop yang telah menyalakan semangat saya untuk terus bisa meng-upgrade kualitas diri saya di dunia per-blogging-an, konsisten, dan fokus. Poin-poin yang susah-susah gampang.

Saya teringat bahwa ‘rumah’ aksara saya ini telah saya bangun sejak April 2008. Yap, telah berusia satu windu. Namun, usia dan kualitas yang saya hasilkan belumlah sebanding. Dari workshop “Branding You and Your Blog” akhirnya saya mensyukuri bahwa saya memiliki ilmu dan pengalaman sebagai bekal ‘mau dibawa ke mana blog ini’ *sambil dinyanyiin* Saya pun seharusnya sudah harus memulai untuk mengurangi segala macam pembenaran yang membuat saya menunda untuk menulis. Sayang banget kan, ilmu ada, para coaches yang hebat ada, dan teman-teman yang saling menularkan semangat ‘ayo menulis’ pun ada. Selain tentang menulis, pengalaman hari ini telah membawa saya ‘melihat’ Jakarta melalui passion sekaligus sama bisa belajar tentang public speaking dari Mbak Dya Loretta dan seni berkomunikasi dengan teman-teman yang baru saya temui. Ah, this happiness is unspoken conclusion.

Daaaan, terimakasih BloggerCrony Community ^^

13006734_1128087470566669_7245607578012198827_n*Foto dari Fatiha Fathan Fara*

“Bring Your Best” With Your Color by Indonesiana & Tempo Institute

12986956_10153995063742347_3484114641469099021_n*Foto dari Almazia*

Pertama-tama, saya perlu sekali bersyukur mendapat kesempatan sebagai salah satu peserta yang dilirik. Kedua, saya perlu bersyukur menjadi bagian dari Blogger Perempuan.

Secara kodrati khususnya bagi seorang wanita yang diciptakan lengkap dengan kecantikan yang dimiliki masing-masing, pasti ingin berpenampilan menarik, di luar rumah ataupun minimal di rumah, di depan suami dan anak-anak. Penampilan, bagaimana pun akan memengaruhi penilaian awal orang lain terhadap diri kita. Diakui atau tidak, sebenarnya penampilan kita itu bisa menambah kepercayaan diri.

Sebelum saya berbagi tentang materi workshop kemarin, saya mendapat sebuah warming up sebelum acara dimulai, hal yang saya dapat itu tentang personal branding. Singkat cerita, kemarin itu akhirnya saya kopi darat dengan teman-teman Blogger Perempuan. Saat saling sapa antara saya dan Mbak Desy -tepatnya setelah saya menyebut nama-, tanggapan Mbak Desy adalah “Oh Cindi ya? Yang profilnya pakai foto kaki” *hahahaha* Yes, I got it. Itulah branding/image (mungkin) diingat teman-teman di dunia maya tentang seorang Cindi. Saya pun akhirnya bisa mempunyai jawaban ketika ada yang berkomentar ‘ganti dong foto profilnya’.

Oke, back to workshop, 

Workshop Personal Branding bertajuk Bring Your Best diselenggarakan oleh Indonesiana dan Tempo Institute bertempat di Gedung Tempo Lantai 7 Jalan. Palmerah Barat no. 8 pada hari Selasa, 12 April 2016. Workshop dibuka oleh Mbak Isti dari Indonesiana yang super charming dan enerjik. Workshop ini mengundang dua narasumber yang expert dan telah berpengalaman di bidangnya yaitu, Debora Amelia Santoso (peraih penghargaan Top 5 PR Indonesia) dan Fitria Carolina Adiwibowo ( Make Up Artist dari Australia dan manager editor majalah fashion Australia). Selama menyampaikan materi, kedua narasumber sangat ramah dan supel. Rasanya sangat nyaman belajar dari beliau berdua.

Secara garis besar, -bagi saya- workshop tersebut membuka kesadaran saya akan pentingnya warna untuk menggambarkan bagaimana dan seperti apa diri kita terutama saat pandangan pertama. Nah, karena ada narasumber jadi akan ada dua materi yang akan saya bagi yaitu, memilih warna baju yang sesuai dan warna untuk tata rias yang kita gunakan.

Which palette is your color?

Personal Branding adalah sebuah gambaran atau penilaian mengenai apa yang orang lain/masyarakat pikirkan tentang kita. Sederhananya, personal branding merupakan sesuatu/ ciri khas yang melekat pada diri kita yang diingat oleh orang lain. Membangun personal branding juga tidak bisa dibilang gampang, pun juga tidak bisa dibilang susah. Hal terpenting saat membangun personal branding adalah kita mengenal siapa diri kita dan mau dibawa ke mana penilaian orang lain kepada kita, maksudnya kesan yang baik atau yang buruk. Then, how to build our personal branding? Menurut Mbak Amel ada tiga cara yaitu, visual appearance, non-verbal communication dan verbal communication.

Visual Appearance

12963829_10153995075007347_5122938512759342675_n*foto dari Almazia, Blogger Perempuan.

Segala sesuatu yang nampak pada diri kita terutama apa warna yang kita pakai sekaligus cocok pada diri kita. Kita harus mengetahui skin-tone agar bisa memilih warna pakaian yang bisa memberi efek bright dan aura kita bisa terpancar *secerah terik matahari…hahaha* Ada dua kategori yaitu warm dan cool yang nantinya menentukan aksesoris yang paling cocok dikenakan gold atau silver.  Setelah itu kita bisa menentukan warna yang sesuai agar wajah kita terlihat lebih bersinar.

13012621_10153995090787347_1895619200382552371_n.jpg*Foto dari Almazia, Blogger Perempuan. (Penampakan Pallete)

*13015516_10153995092062347_6064113985826943577_n*Foto dari Almazia, Blogger Perempuan. (Penampakan Palette)

Tips untuk menentukan skin-tone dan warna palette dari Mbak Amel adalah dengan menggunakan kain berwarna silver atau gold yang mengkilap dipakai secara bergantian dengan difoto. Hasilnya dilihat dari hasil jepretan, wajah kita brighter saat memakai kain berwarna silver atau gold. Nah, setalah itu kita bisa ke tahap selanjutnya, menentukan warna palette.

12957563_10153995092317347_5484431457963995233_o*Foto dari Almazia, dengan model Mbak Desy ^^*

Setelah tahap mengenal apa warna kita, selanjutnya mengenal jenis tata rias yang kita pakai. Riasan harus selalu disesuaikan dengan acara dan suasana. Misal, kita ke kampus gak mungkin dengan riasan kita jadi pengantin kan? Mungkin ada, tapi pasti jarang banget. *hahaha

Materi make over session disampaikan oleh Mbak Fitria dengan praktek langsung sambil memberikan tips bagaimana berias untuk sehari-hari atau riasan simpel. Bagaimana memilih warna lipstik, perawatan wajah, hingga membahas make up yang simpel dengan BB Cream (tanpa menyebut merk ya).

12985466_10153995087877347_3840602830655530191_n.jpg*Foto dari Almazia*

12968091_10153995069747347_1456050975197056876_o*Foto dari Almazia-BP-** (Mbak Fitri dan Mbak Isti)

12987121_10153995089672347_1441146384846759519_n*Foto dari Almazia -BP-* Make over session by Mbak Fitria.

Saya juga sempat ngobrol dengan Mbak Desy dari Blogger Perempuan dan saya mendapat banyak saran dari beliau. Tipe seperti saya memang cocok dengan riasan yang simple, pakai bedak ditambah celak dan sedikit lipstik dengan warna soft pink juga sudah cukup, itu untuk ke acara-acara yang fomal-semi formal-santai hingga suatu saat nanti saya perlu menghadiri sebuah wawancara agar lebih PD dan ‘ini lho saya layak mendapatkan kesempatan’. It was a great conversation.

12472317_10153995944357347_8655503619066166873_n*Foto dari Almazia-BP-* Yap, inilah saya bagian dari Blogger Perempuan dengan para senior. ^^

Workshop “Bring Your Best” meninggalkan kesan luar biasa bagi diri saya pribadi. Bagaimana tidak, saya ini termasuk cuek soal penampilan dan riasan wajah (mentang-mentang udah laku) tapi sebaiknya memang jangan meniru saya yak. Saya termasuk moody juga dalam hal penampilan. Suka pakai yang itu-itu saja *memang yang dimiliki cuma itu*hahaha*becanda*, lebih karena alasan biar simple. Biar cepet. Pokoknya cuek, yang penting nyaman. Nah, ternyata dalam berpenampilan bukan hanya tentang simple dan nyaman untuk diri, tapi juga membuat nyaman bagi yang memandang. Saya, sebagai istri juga harus menjaga kenyamanan pandangan Mas Partner. Saat di luar, pun saya juga harus menjaga kenyamanan pandangan orang lain terhadap saya. Bukan dengan berias yang menor dan berlebihan tapi demi menghadirkan rasa nyaman. Minimal baju yang rapi dan (mungkin) warna yang sesuai dengan diri kita karena setiap warna memiliki makna filosofi sendiri-sendiri. Tetap sederhana, nyaman dan terutama dapat persetujuan dari suami, kalau saya itu prinsip.

Selain materi, saya jadi nambah teman di perantauan. Jadi punya teman diskusi tentang banyak hal yang menyajikan banyak sudut pandang. Berbagi dan bertukar info, ilmu, pengalaman bahkan jika hanya candaan. Di sisi lain yang tak kalah penting, saya semakin memiliki development security attachment pada banyak orang terlebih orang-orang yang saya temui selama perjalanan dan tempat-tempat baru (bagi saya) yang ada di tiap sisi ibukota. Akhirnya, saya sadar mengapa Mas Partner ‘melepas’ saya pergi sendirian, tapi dengan memastikan kesiapan saya jika pergi sendiri, memastikan tempat tujuan yang mudah dijangkau via google map, mengirim sms atau telp sekedar bertanya di mana, sampai mana, dan seterusnya yang tidak sampai level overprotective. Semoga development security attachment dalam dukungan kelegaan perijinan bisa jadi ‘bekal’ jika suatu saat nanti LDR lagi karena salah satu dari kami harus melanjutkan pendidikan. Tidak ada yang salah dengan sebuah persiapan bukan? ^^

Nah, itu oleh-oleh dari workshop kemarin. Jika ada pertanyaan atau penasaran tentang personal branding, silakan drop pertanyaan teman-teman di kolom komentar. Silakan, drop kritik dan saran juga boleh lhooo… ^^

Asyiknya Tukar Poin Telkomsel di Gramedia

Sebelum tutup kalender bulan Maret kemarin, Mas Partner (yang jika benar tebakan saya) sedang iseng daftar tukar poin telkomselnya dan berhasil mendapat voucher Rp 50.000,00 untuk belanja di Gramedia. Reaksi saya saat itu? Heboh banget dan lebay *hahaha, iyalah Gramedia? Meja kasir yang saya selalu kalah dan khilaf menahan kartu debit. Bookstore is always interesting for me. Balik lagi, lalu saya nyodorin HP ‘punyaku dong…punyaku.’ Dalam bayangan saya saat itu adalah betapa sangat lumayan jika dapat dua voucher :D. Namun, Allah Maha Mengetahui bahwa hamba-Nya tidak diperbolehkan serakah, jadi no Telkomsel saya tidak dapat voucher karena poin yang tidak mencukupi. Benar-benar iseng yang membahagiakan karena sebelumnya cuek (banget) dengan beginian.

DSC_0004

Kemarin, tanggal 7 April adalah hari terakhir tukar poin. Sesampainya di Gramedia pakai bingung mau beli novel apa. Ya, karena bulan ini sedang tidak memungkinkan untuk baca novel, harus fokus untuk belajar *tiba-tiba mual*. Setelah keliling, akhirnya memutuskan untuk mengambil novel terbaru karya Mas Eka Kurniawan yang kemarin dapat penghargaan internasional, yang ramai dibicarakan di twitter, yang sedang hits di web UGM karena beliau adalah salah satu Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), yang novel-novel sebelumnya sudah ada dijajaran lemari buku di rumah. Novel bernuansa sastra filsafat.

Proses penukaran voucher di Gramedia ini sangat mudah. Setelah menentukan buku apa yang akan dibeli lalu bawa ke kasir dan tunjukkan sms dari Telkomsel. Nanti akan diproses oleh kasir Gramedia. Kalau saya kemarin, novel O harganya Rp 99.000,00 dipotong voucher Rp 50.000,00 jadi saya hanya membayar Rp 49.000,00. Namun, sayang, kemarin saya lupa untuk tambah poin Gramedia :D.

Nah, ada yang tertarik? Kepoin no Telkomsel masing-masing ya… 😀

Memulai Kembali

Setelah berhari-hari absen dari One day one Post yang itu berarti saya menumpuk hutang tulisan, akhirnya saya memulai kembali aktifitas menulis ini. Aktifitas menulis yang saya pun belum bisa menjamin akan One Day One Post atau lagi-lagi saya kan menumpuk hutang tulisan. Saya pikir, hal yang paling susah dilakukan adalah memulai yang sebelumnya adalah mengumpulkan niat. Setelah niat terkumpul, sudah memulai, ada hal sulit lain yang ada di hadapan yaitu konsistensi.

Oke, untuk banyak hari yang sudah terlewat, saya telah memiliki niat, saya memulai kemudian saya coba konsisten yang berujung dengan kegagalan terhadap konsisten itu sendiri. Beberapa hal yang membuat saya gagal dalam konsisten yang saya upayakan adalah manajemen pikiran yang saya miliki masih kurang. Banyak hari di belakang dan banyak hari di depan di mana saya sedang sangat fokus mempersiapkan sesuatu yang menjadi tujuan penting yang ingin saya capai. Semakin fokus merayu Allah, meski (mungkin) lebih banyak memaksakan. Maafkan saya ya Allah. Di sisi lain, saya memang sedang fokus dalam ikhtiar maksimal doa optimal, agar apa yang menjadi tujuan saya itu juga Allah ridla terhadapnya. Agar nantinya tidak sia-sia. Itu saja.

Di sela-sela hari di mana saya tidak menulis di blog, sebenarnya banyak ide yang berkeliaran dan datang silih berganti. Tangan gatel pengen ketak-ketik di keyboard laptop. Namun, apa daya, saya seakan menjelma seperti emak-emak yang tak rela melewatkan diskonan atau super sale di pusat perbelanjaan. Akhirnya, saya memilih untuk berkutat pada personal statement yang tak kunjung usai, essai rencana belajar dan pasca belajar, dan pengajuan proposal calon penelitian hingga beberapa deadline yang sudah naik level jadi harga mati. Bagi saya yang hanya butiran milo ini, ada sebuah tes yang memang harus diulang karena hasil yang tidak memuaskan yang disebabkan saat tes saya diare stadium parah dan saya belum sempat makan. Bagi saya, itu kombinasi sempurna yang membuat saya benar-benar seperti butiran milo yang larut dalam sekali seduh. *tears 😥

Namanya juga hidup yang kata orang berisi perjuangan. Punya mimpi dan target. Namun, jalan untuk meraihnya tak melulu lurus, lempeng, dan mulus. Ada kejutan yang tak terduga, yang akan mengukur seberapa besar tekad atas keinginan itu. Karena usaha tidak pernah mengkhianati hasil. I do believe it.

Hingga sekarang, saat ini, ketika saya memutuskan untuk kembali, saya masih berada di medan juang kok :D. Semoga tekad untuk memulai kembali bisa benar-benar terealisasi. Bisa semakin cerdas mengelola pikiran dan mood diri. Oke, ijinkan aku kembali ya teman-teman One Day One Post. ^^

Produktif Belajar Dari Rumah

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi makin berkembang serta didukung internet yang sudah ada di mana-mana atau dengan mudah kita dapatkan. Seakan-akan kehadiran internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar orang.

Kehidupan yang kompetitif juga tidak bisa lagi dibendung, tidak bisa dihindari dan memang harus dihadapi, dijalani dengan ilmu, wawasan, dan keterampilan. Untuk bisa meningkatkan kualitas diri kita butuh membaca buku atau artikel, hadir workshop, mengikuti seminar, bahkan sekolah lagi. Sekolah lagi? Atau kursus? Mana sempat, nggak ada waktu. Nah, sekarang kan jaman teknologi didukung internet di mana-mana dan kabar bahagianya adalah telah banyak bermunculan kursus-kursus atau kuliah (kelas) jarak jauh atau biasa kita sebut dengan kursus online, sebutan kerennya MOOC (Massive Open Online Course). Sangat cocok bagi teman-teman yang haus akan ilmu boleh nih dicoba, ada beberapa kursus online yang bisa mengobati dahaga akan ilmu dan pengetahuan. Kalau saya pribadi, sekalian memaksimalkan keberadaan wifi di rumah. 😀

  1. Sekolah TOEFL

Sekolah TOEFL ini didirikan dan diampu oleh Mr. Budi Waluyo. Di  Sekolah TOEFL ini kita akan belajar Bahasa Inggris dari dasar. Jadi jangan khawatir bagi yang belum belajar Bahasa Inggris sebelumnya. Metode pembelajarannya pun asik, handbook diberikan setiap awal minggu (hari senin) untuk dibaca dan dikerjakan soal-soal latihannya. Sangat fleksibel karena bagi teman-teman yang super sibuk bisa mengatur sendiri atau meluangkan waktu kapan akan ‘menyapa’ handbook yang sudah diunduh.

Di Sekolah TOEFL ini ada temu online setiap hari minggu pukul 20.00-22.00. Selain bisa tanya jawab di temu online, kita bisa diijinkan juga untuk bertanya langsung kepada Mr. Budi melalui private message (Line atau Inbox FB). Selain belajar materi, disediakan TOEFL Prediction Test sebagai pemanasan, tolak ukur sejauh mana perkembangan kita selama belajar. Saya adalah salah satu siswa Sekolah TOEFL angkatan 3. ^^

Tak hanya belajar TOEFL, para siswa juga diberikan bekal dalam pembuatan essai serta cerita-cerita inspiratif para awardees dari berbagai macam beasiswa. Benar-benar bisa jadi ‘kompor’ penyemangat belajar. Sekolah TOEFL ini gratis, modalnya hanya semangat dan komitmen yang tinggi. Serta kabar gembiranya, Sekolah TOEFL akan ada pembukaan angkatan ke 5. Yuk…yuk, bagi yang ingin belajar dengan happy dan fun bisa bergabung.

12809601_1145690042131482_7605140948512429861_n
*sumber gambar dari FB Mr. Budi Waluyo

2. IndonesiaX

Saya tahu tentang IndonesiaX saat mengikuti Youth Media Festival di Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. Saya mendapatkan kelas diskusi bersama Mas Riski pendiri IndonesiaX.

IndonesiaX menyediakan kursus-kursus yang diampu oleh beberapa universitas dan institusi terbaik di Indonesia. Kalau saya sedang ambil 2 kelas Pak Rhenal Kasali dari Rumah Perubahan dan dari ITB tentang sistem informasi. Materi disampaikan melalui handbook dan video serta ada ujiannya tiap minggu sesuai dengan materi. Jadi ketika lulus dari setiap kelas yang diambil akan mendapat sertifikat. Kelas-kelas yang ditawarkan pun gratis. Tiap pekan ketika ada materi baru, para siswa akan mendapat pemberitahuan melalui email.

Nah, tertarik? Langsung daftar aja yaa ^^

3. Future Learn

Untuk program yang satu ini saya sudah mengikuti sejak 2014 *haha. Belajar di Future Learn it is free dan disediakan sertifikat. Banyak program yang ditawarkan di Future Learn dari berbagai universitas di dunia. Terakhir program yang saya ambil Community Journalism: Digital and Social Media dari Universitas Bristol. Programnya banyaaaaak, bisa dipilih sesuai hati nurani. ^^

Bisa kenalan-kenalan dulu dengan berkunjung Future Learn secara langsung.

4. Bahasa Arab

Setahu saya, ada beberapa pilihan untuk belajar Bahasa Arab online. Salah satunya di Arab Academy UGM. Link webnya menyusul yah, tapi bisa tanya-tanya langsung ke Mbak Aminah di no 085647478775 atau chat melalui FB Siti Aminah. Kalau saya belum pernah ambil kursus online, tapi saya memang salah satu alumni dari Sastra Asia Barat prodi Sastra Arab UGM. Jadi, di Arab Academy UGM memang diajar oleh beliau-beliau yang ahli di bidang Bahasa Arab. Kualitas terjamin.

IMG_2005
*foto saat launching Arab Academy, sumber foto di sini.

Nah, ada empat tempat belajar jarak jauh yang bisa dicoba. Sebenarnya masih banyak platform yang menyediakan program belajar jarak jauh, seperti CourseraDuolingo, Fluentland dan lain-lain. Namun, saya baru mengikutinya empat tempat yang saya sebut di atas atau dulu saya pernah ikut kelas kepenulisan online di writing revolution dan kelas menulis kearifan Tarbawi. Pesan saya, saat mengambil keputusan untuk kelas online ini haruslah sabar, telaten, rajin, dan tanam komitmen kuat-kuat agar maksimal, amanah, dan mendatangkan berkah.

Nah, bagi teman-teman yang sudah pernah mengikuti kelas online bisa loh di share di kolom komentar, agar saya juga bisa semakin tahu kelas online yang belum pernah saya ambil…hehe 😀

Semoga bermanfaat ^^

Mana Yang Lebih Berat, Naik Gunung Atau Naik Pelaminan?

MP : “Aku mau naik gunung.”
S     : “Nggak ngajak aku? Gunung mana?”
MP : “Belum tau, emang mau?”
S     : “Hmm, jangankan naik gunung, diajak naik pelaminan aja aku mau.”

Yah, itu adalah sepenggal percakapan saya dan Mas Partner sekitar akhir Juli atau awal Agustus 2015. Saat itu belum ada rencana gunung mana yang akan didaki. Masih sebatas wacana yang seringnya take it easy. 😀

Agustus menjadi bulan di mana saya nostalgia tentang momen bersejarah, momen peralihan status dari lajang menjadi istri orang, momen serah terima tanggung jawab dunia akhirat dari ayah kepada lelaki langit pilihan Allah. Sebenarnya, saya dan Mas Partner bukan tipe yang harus ada ritual apalah-apalah. Namun, Agustus 2014 di tahun pertama kami menghabiskannya dengan menginap di pantai demi memburu milky way, apalah daya, perhitungan kami meleset. Agustus 2015, di tahun kedua akhirnya terealisasi dengan nuansa gunung. Ya, naik gunung. Gunung Ungaran.

Gunung Ungaran terletak di kabupaten Semarang, daerah Ambarawa dengan ketinggian 2.050 mdpl. Tidak terlalu tinggi bagi yang sudah profesional atau terbiasa naik gunung, tapi bagi pemula seperti saya, that is unspoken, guys! Saat itu, jalur yang kami lewati dari pos mawar, letaknya di atas umbul sidomukti. Bagi yang berminat naik gunung Ungaran, bisa dicek untu jalur pendakiannya di sini, karena ada beberapa jalur pendakian.

Persiapan 

Masa persiapan ini bagi saya bisa dikategorikan sangat singkat. Bukan hanya mempersiapkan peralatan-peralatan dan bahan makanan untuk bertahan, tetapi juga mempersiapkan fisik dengan olahraga dan persiapan mental, lebih persiapan etika saat naik gunung. Yaaa, semacam memantaskan diri untuk bisa menuju puncak, meski realitanya tidak bisa sampai puncak karena kebakaran.

Masa persiapan ini penting, seperti halnya mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Bagi pendaki yang rutin naik gunung, memiliki tenda, kompor, matras, sleeping bag dkk adalah hal wajib. Nah, karena Mas Partner suka naik gunung tapi tidak rutin jadilah untuk tenda kami harus searching di dunia maya outlet yang menyewakan tenda dom. Alhamdulillah, sleeping bag, matras, carrier sudah siap tinggal bongkar lemari. 😀

Persiapan lainnya, yaitu persiapan fisik dengan olahraga. Jogging hampir tiap hari, push up, sit up, dan bersepeda. Paling sering sih jogging. Lanjut dengan persiapan mental. Saya memaknai persiapan mental ini lebih kepada persiapan untuk mentadabburi ciptaan Allah, mensyukuri kehadiran alam yang indah, menjaganya dengan tidak membuang sampah sembarangan atau pura-pura lupa dengan sampah yang ditinggal begitu saja, lebih jauh lagi memaknai perjalanan naik gunung itu sendiri.

Naik-Naik Ke Puncak Gunung

Well, setelah semua persiapan mencapai 100%, ayoooo angkat carrier! Ternyata oh ternyata, naik gunung itu tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Saat berangkat, medannya tentu saja menanjak. It has made me hard to breath. It really has. Saat itu pun punggung saya tidak terbebani dengan barang bawaan, semua barang-barang dalam carrier ada di punggung Mas Partner, ia yang mengambil alih. Sudah pasti jauh lebih berat daripada saya, but he always make sure that everything will be fine for me, for us. Jalan yang ditapaki pun tak selalu mulus, nggak ada jalan aspal ya 😀 ada bagian yang berbatu, berpasir, berdebu, berselimut daun-daun yang gugur, dan ada yang sedikit terjal. Ada kalanya sampai di titik di mana disuguhi pemandangan yang memanjakan dan ada kalanya ada pemandangan yang menyuguhkan sedikit rasa takut dengan pohon-pohon yang rimbun, semak, rumput-rumput yang tinggi atau bahkan suara-suara khas rimba.

Saat telah sampai di tempat camping, ada semacam pembagian tugas meski tidak terang-terangan ‘ini tugasmu dan ini tugasku’ melainkan sudah paham dengan tugas masing-masing. We are a solid team. 

IMG_5107 (FILEminimizer)*dokumentasi pribadi

Tidur dalam tenda di alam terbuka, walaupun sudah ada sleeping bag tapi kerasnya tanah yang kena punggung juga gak bisa menipu. Jelas beda empuknya kasur di rumah dengan saat camping. Di sisi lain, inilah kehidupan, ada masa perlu mencoba hal-hal luar biasa untuk berbagi rasa. Menjemput makna dan memaknai setiap detik yang ada.

Bagi saya, hal yang paling susah adalah keberadaan kamar mandi. Pagi hari saat matahari mulai naik dan usai sarapan, untuk bertemu kamar mandi harus berjalan selama 1,5 jam dengan kecepatan ala saya hingga desa terdekat. Itu rasanya luar biasa. Teringat sore sehari sebelumnya, Mas Partner dan satu sahabat perjalanan kami harus menempuh jarak yang jauh untuk bisa mendapatkan air.

Perjalanan Pulang

Jika saat berangkat, medan yang dilalui menanjak maka saat turun jalan yang dilalui adalah tapak-tapak menurun. Terlihat mudah tapi juga tidak kalah berat. Berat menahan beban badan. Benar-benar harus ekstra sabar. Ditambah dengan debu yang makin beterbangan tanpa bisa dikendalikan serta terik yang lumayan. Semuanya tetap menyenangkan hingga sampai pos terakhir.

Proses perjalanan pulang, bukan hanya membawa barang-barang yang dibawa saat naik, namun juga saya, Mas Partner, dan dua sahabat saya juga membawa sampah yang ditinggalkan di sekitar area camping. Bahkan beberapa papan petunjuk dan pohon tumbang dengan posisi melintang juga menjadi korban tangan-tangan jahil. Di sini, kita diuji agar bisa menahan diri agar tidak merusak tetapi kita diberi tantangan untuk menahan diri dan sekuat tekad untuk menjaga dan merawat alam kita.

Tentang Naik Pelaminan

Memang terlihat berbeda sekali antara naik gunung dan naik pelaminan. Naik pelaminan itu mudah bagi tamu undangan, bagi pengantin perempuan agak susah-susah gampang jika memakai jarik :D. Eits, bukan naik pelaminan yang itu yang saya maksud. Naik pelaminan secara semiotik yang saya pikirkan. Naik pelaminan bagi dua insan yang memutuskan untuk menggenap separuh agama bagi saya adalah sebuah keputusan yang besar. Ada masa persiapan untuk sebuah tujuan memantaskan diri atas tanggung jawab yang akan dijalani. Banyak bekal yang harus dipersiapkan yang itu tak hanya soal materi.

Pernikahan yang tidak hanya antara 2 anak manusia, tetapi tentang menyatukan dan mengkeluargakan dua keluarga besar yang (mungkin) memiliki latar belakang yang (sangat) berbeda. Ada tanggung jawab, kewajiban, hak, dan tugas. Memahami bahwa rumah tangga adalah sebuah tim, harus bisa membangun kerjasama atau hal-hal yang besar lain.

Pernikahan juga merupakan proses saling memahami karakter pasangan. Jika saya, saya dihadapkan dengan seorang yang iriiiiiiit sekali bicara, romantis dengan kata-kata pun bisa dihitung tapi memiliki cara untuk romantis yang seringnya saya lewatkan. Lama-lama pun saya menyadari memang begitu cara Mas Partner beromantis. I love you just the way you are, Mas Partner. 😀

IMG_5124 (FILEminimizer)*dokumentasi pribadi dengan caption “Point of View in Life”

Dalam sebuah obrolan, teman saya pernah bilang bahwa jika ingin mengetahui karakter orang apalagi orang yang mau hidup dengan kita, ajaklah naik gunung. Dia akan banyak mengeluh, diam, optimis atau akan bagaimana reaksinya. Jika saat naik gunung saja dia banyak mengeluh, bagaimana saat (setelah) naik pelaminan dan melanjutkan menjalani hidup bersama? Ya, masuk logika pernyataan teman saya itu. *haha.

Pesan saya sih, jangan takut naik pelaminan. Niat baik akan menemukan jalannya dan akan lebih banyak lagi pintu-pintu kemudahan yang terbuka lebar-lebar.

Nah, setiap pertanyaan butuh jawaban: mana yang lebih berat, naik gunung atau naik pelaminan?

 

 

Perahu Kertas: Tentang Pertemuan Radar Neptunus Teman Masa Kecil

Hello, setelah beberapa hari tidak berotasi di dunia blogging. Hari ini saya memantapkan diri menulis tentang buku terbaik yang pernah dibaca sebagai tugas tema yang harus ditulis di One Day One Post (ODOP) minggu lalu.

Bicara tentang menulis pastilah tidak akan lepas dari aktifitas membaca, iya kan? iya kan? Emang iya. Menulis dan membaca adalah pasangan terbaik sepanjang masa 😀

Bagi saya, salah dua kebahagiaan adalah membaca dan buku. Dibandingkan dengan belanja baju yang notabene saldo di rekening akan jauh lebih aman, maka tidak akan berlaku ketika saya pergi ke pameran buku dan toko buku, entah offline ataupun online. Saldo jaraaaaaaaaang sekali aman. Tidak hanya saya, Mas Partner juga. 😀
Apalagi Mas Partner pernah bilang, “Lebih baik disimpan dan nggak tau bacanya kapan, daripada pengen baca tapi nggak ada bukunya.” Sedangkan saya punya prinsip, “Lebih baik nyesel beli daripada nggak beli.”

Nah, jika diminta untuk memutuskan buku apa yang berkesan adalah hal paling sulit untuk diputuskan. Semua buku yang pernah saya baca memiliki kesan yang mendalam sedalam lautan dan kebanyakan adalah karya non-fiksi atau novel. Salah satunya adalah Perahu Kertas. Cerita dalam Perahu Kertas seakan mewakili cerita menuju pernikahan antara saya dan Mas Partner. Kami sudah kenal sejak kelas kelas 5 SD tetapi tidak pernah 1 sekolah dan sangat jarang bahkan tidak pernah bertemu, saya pun lupa pernah mengenalnya. Bukan jahat ya :D. Cerita selengkapnya mungkin bisa di postingan berikutnya. Ya, seperti halnya Keenan dan Kugy dalam kisah tersebut yang bertemu lalu berpisah tidak bertemu untuk sekian lama, namun akhirnya takdir melalui radar neptunus membawa mereka bertemu kembali.

IMG_5773*dokumentasi pribadi

‘Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh’ ― Dee Lestari, Perahu Kertas

Kisah saya tidak hanya berhenti sekedar cerita yang sama. Quote yang ada di beberapa bagian pun juga nancep di salah satu kisah dalam sejarah hidup saya.

“Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar.”
Dee Lestari, Perahu Kertas

“Akan ada satu saat kamu bertanya: pergi ke mana inspirasiku? Tiba-tiba kamu merasa ditinggal pergi. Hanya bisa diam, tidak lagi berkarya. Kering. Tetapi tidak selalu itu berarti kamu harus mencari objek atau sumber inspirasi baru. Sama seperti jodoh, Nan. Kalau punya masalah,tidak berarti harus cari pacar baru kan? Tapi rasa cinta kamu yang harus diperbarui.Cinta bisa tumbuh sendiri,tetapi bukan jaminan bakal langgeng selamanya,apalagi kalau tidak dipelihara. Mengerti kamu?”
-Nasihat Poyan pada Keenan suatu hari”
Dee Lestari, Perahu Kertas

Ketika saya dan pihak keluarga Mas Partner menemukan dan menyepakati tanggal pernikahan lalu kami sibuk mencari desain undangan akhirnya Mas Partner membuat desain sendiri dan menambahkan lirik lagu Perahu Kertas dalam undangan kami yang sebelumnya meminta izin pada Mbak Dee dan beliau meresponnya dengan sangat baik dan memberi izin selagi tidak dikomersilkan.

 

12422337_1563924530308026_1585078419_o*kiriman dari teman

Nah, setelah desain jadi kami dibantu teman-teman ayoknikah dalam penyempurnaan undangan yang sudah disesain sebelumnya oleh Mas Partner. Bagi teman-teman yang sedang membutuhkan referensi undangan pernikahan silakan klik ayoknikah. Bukan promosi ya, hanya berbagi info. ^^

Selain kisah cintanya, saya menyukai tokoh Kugy yang bagi saya seperti ada kesamaan seperti suka menulis dan jurusan kuliah. *nggaknyambungsih. Overall, novel Perahu Kertas bagi saya adalah salah satu bahagia dalam hidup, ketika saya membacanya saya seakan diajak kembali bernostalgia akan sisi unexpected dalam hidup yaitu nasib jodoh saya. Di kesempatan lain, saya juga akan menulis novel yang berkesan dalam sisi kisah kehidupan saya yang lain. ^^

[Review]: Mie Setan Jahanam Ngawi

DSC_0002

Saya akui bahwa Ngawi mengalami perkembangan yang pesat termasuk dunia kulinernya. Saya banyak menjumpai resto atau semacam kafe yang baru. Menu yang ditawarkan pun juga beragam dan penuh dengan inovasi. Jika dulu menu yang ada ‘hanya itu-itu saja’ misal nasi pecel, soto, gule, chinese food, rawon, sate ayam, sate kambing, bakso, mie ayam dkk, maka sekarang tempat makan baru yang didesain ala-ala kafe serta menawarkan menu yang segar atau menu baru, sebut saja steak, mie yang disajikan dengan suasana baru (yang belum ada di Ngawi) seperti ramen atau mie yang disajikan dengan cara lain. Salah satunya adalah Mie Setan Jahanam Ngawi.

Bagi teman-teman yang ada di Ngawi dan ingin wasting time untuk ngobrol, ketemuan, malam mingguan, atau bahkan sekedar makan, nah, ini di Ngawi ada tempat makan baru terlebih bagi penyuka mie serba pedas. Yes, Mie Setan Jahanam ini baru dibuka, menyediakan makanan pedas dengan menu andalan mie, sesuai slogannya ‘Eat Mie’. Ada mie goreng dan mie rebus tanpa kuah. Penasaran? *haha. Bagi yang tidak menyukai pedas jangan khawatir karena di sana disediakan pilihan level 0 alias tidak pedas. Makan berat selain mie juga ada yaitu, nasi goreng dengan pilihan mulai level 0. Menu mie dan nasi goreng disajikan dengan tambahan nugget dan ham (daging sapi olahan). Dari segi rasa, menurut saya rasanya berada di level terpuji ^^ enaaaaaak.

Selain menu utama, Mie Setan Jahanam juga menyediakan dessert atau makanan pencuci mulut, seperti pancake eskrim, 3in1 (sosis, kentang stik, nugget), eskrim goreng. Kalau saya nagih dengan sekrim gorengnya. Level rasa terpuji. Mungkin, karena masih baru menu dessert-nya masih sedikit, belum banyak pilihan. Kemarin sempat usul untuk menambah menu baru untuk dessert.

Selanjutnya, kelompok minuman. Di Mie Setan Jahanam ini menyediakan aneka pilihan menu minuman seperti es teh, es jeruk yang gelasnya bikin customer sukaaaaa, karena apa? Yap, karena ukurannya yang jumbo :D, ada red squash, blue squash, dan green squash (aslinya ada namanya, tapi saya lupa *haha) ketiga minuman squash ini saya sudah coba semua dan yang terakhir ada aneka milkshake (khusus milkshake belum pernah nyoba).

Mie Setan Jahanam ini terletak di Jalan Ronggowarsito no 102A, jika dari arah SMPN 1 Ngawi lurus saja hingga melewati klinik merah putih, lurus dikit sebelum pertigaan RSUD Ngawi. Buka dari jam 9 pagi hingga 9 malam. Menurut pengalaman sih, ketika pertama kali ke sana sebelum jam 8 sudah habis karena memang ramai. Untuk range harga, tenaaaaaang, cukup bahkan ramah di kantong dengan tempat yang nyaman dan bersih. Ada TV dan wifi juga.

Semoga bisa memberi rekomendasi bagi teman-teman yang butuh tempat untuk melepas kangen dengan sahabat-sahabat tercinta saat pulang ke Ngawi. ^^

The Essential of Life: K I N G #2

IMG_5622 (FILEminimizer)*dokumentasi pribadi*

Berawal dari banyaknya postingan kegiatan dari teman-teman Kelas Inspirasi atau disebut dengan KI dari seluruh penjuru negeri di dinding Facebook saya sejak bulan Januari 2016, maka khusus postingan kali ini saya ingin (sedikit) nostalgia tentang Kelas Inspirasi Ngawi yang kemudian disingkat dengan KING. Saya bergabung di KI Ngawi sebagai angkatan kedua tahun lalu (2015) di bulan September. Saya bukan orang Ngawi asli, tapi saya besar di kota yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah ini. Rasa memiliki inilah yang rasa-rasanya memanggil untuk ikut serta berbagi kebahagiaan.

Saya suka sekali menyelam di dunia maya, terlebih didukung dengan fasilitas yang oke sejak ngekos di Jogja ada wifi di kosan atau saya akan menyempatkan pergi ke luxury, warnet yang nyaman sekaligus ‘surga’, ketika pulang ke rumah (Ngawi) juga ada wifi karena toko punya ibuk jadi warnet hingga pindah ke Bintaro juga ada fasilitas wifi yang nggak nyendat kecuali saya streaming drama korea *ups ^^v
Hobi menyelam di dunia maya itulah mempertemukan saya dengan info pendaftaran Kelas Inspirasi Ngawi, kemudian saya daftar dan saat pengumuman saya diterima. Well, langkah selanjutnya pesan-pesan tiket untuk pulang ke Ngawi.

Kelas Inspirasi lahir dari teman-teman Indonesia Mengajar dan beberapa teman profesional yang ingin berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia. Kelas Inspirasi adalah kegiatan yang mewadahi profesional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Kegiatan Kelas Inspirasi berlangsung dalam 1 hari, relawannya dibagi menjadi dua yaitu, relawan pengajar dan dokumentasi. Bagi relawan pengajar materi yang disampaikan adalah mengenai profesi masing-masing dan bercerita tentang cita-cita dengan para siswa dan relawan dokumentasi bertugas mengambil gambar kemudian membuatnya dalam video.

Kelas Inspirasi Ngawi batch 2 diselenggarakan di sekolah dasar yang sudah disurvei sebelumnya. Saat itu saya ditempatkan di SDN Gelung 5 Kecamatan Paron, dari semua SD yang dituju, SD yang saya tuju adalah SD yang paling mudah dituju dengan medan yang tidak sulit. Sehari yang tidak penuh saya melewatinya dengan anak-anak yang sangat antusias saat saya mengabadikan momen demi momen.

Lalu, apa yang didapat?

Setiap kejadian pasti ada saripati yang bisa diambil dan dijadikan cerita indah. Begitu juga dengan kegiatan Kelas Inspirasi Ngawi yang saya ikuti.  Bagi saya, mengikuti Kelas Inspirasi Ngawi ini bukan kali pertama bagi saya, sebelumnya saya telah mengikuti Berbagi Senyum yang diselenggarakan Rumah Zakat sejak Oktober 2014 serentak se-Indonesia dan saya ikut di Kota Jogja. Bertutur tentang berbagi kebahagiaan melalui kegiatan kerelawanan bagi saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa entah apa namanya yang tidak mudah dideskripsikan. Bisa jadi bahagia, terharu, sedih, termotivasi, bersemangat dan masih banyak rasa yang teraduk di dalamnya. 😀

Tentunya, ada rasa bahagia ketika bisa mengambil peran, ada rasa syukur yang semoga semakin bertambah, ada semangat yang semoga semakin beranak pinak dan doa yang selalu terus melangit agar senantiasa dianugerahi kesempatan, kelapangan, ilmu, pengalaman, kepekaan, dan ringannya langkah. Bertambah sahabat yang memiliki mimpi yang sama untuk aktif berbagi inspirasi, ilmu, dan pengalaman. Essentially, when you share everything you will find the meaning of happiness. Karena bahagia tak melulu soal materi atau harta, bisa memberi manfaat dan menginspirasi itu juga kebahagiaan. ^^

Kelas Inspirasi telah lahir di berbagai kota di Indonesia dan semakin bertambah jumlahnya. Jika di kota kalian belum ada Kelas Inspirasi bisa lho dibidani untuk lahir di kota kalian untuk info lebih lanjut di sini.

Yuk, berbagi cerita untuk menumbuhkan cita-cita anak Indonesia!